Setelah pada pertengahan februari lalu saya mulai mengkoleksi BMTR dari harga Rp 600/lbr saat ini harga BMTR sudah menyentuh Rp 505/lbr. Disinilah mulai diuji mental dari seorang investor. Saham pilihan mulai terpuruk lebih dalam. Saat ini portfolio BMTR saya sudah bernilai -14,41% hanya dalam waktu 2 minggu.
Tidak semua Investor bisa menebak harga yang mendekati titik terendah, terkadang kita hanya perlu bersabar dan yakin dengan saham pilihan kita dan melakukan avg down pada saat saham pilihan kita terpuruk lebih dalam. saya tidak se- extrim lo kheng hong yang berani mengkoleksi saham BUMI dinilai Rp 50 dan merasakan kenaikan saham yang fantastis pada saat harga hasil tambang kembali naik.
Memang dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan analisa yang luar biasa serta kesabaran dan keyakinan yang besar untuk dapat merasakan hasil investasi yang fantastis.
untuk saham yang terpuruk dan dijauhi investor dibutuhkan waktu tahunan apabila kita salah entry sebelum saham tersebut memberikan keuntungan yang fantastis. masih belajar dari pengalaman JPFA yang terlewatkan dan CTRP yang bisa menghasilkan return 100% dalam waktu 10 bulan, bersabar dan yakin adalah kunci utama dalam investasi saham.
Saat ini saya sedang menunggu untuk avg down BMTR di harga 500 dan MAIN di harga 1175.
untuk porto WIIM dan INDS difokuskan untuk menghasilkan deviden, khusus untuk WIIM, 2 orang direktur menambah kepemilikan saham di harga 440 senilai masing-masing lebih dari 1M ini menambah keyakinan saya sebagai investor bahwa perusahaan dalam keadaan baik.
untuk porto WIIM dan INDS difokuskan untuk menghasilkan deviden, khusus untuk WIIM, 2 orang direktur menambah kepemilikan saham di harga 440 senilai masing-masing lebih dari 1M ini menambah keyakinan saya sebagai investor bahwa perusahaan dalam keadaan baik.
APLN,SSIA dan NRCA menunggu kebangkitan industri properti.
DISCLAIMER ON, tulisan ini dibuat hanya sebagai catatan pribadi penulis sebagai history log dalam berinvestasi untuk belajar dari kesalahan.
HAPPY INVESTING.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar