berikut komposisi portofolio saya saat ini:
saya lebih menganut profile porto terkonsentrasi dapat dilihat dari diagram diatas.
ok, langsung saja pada pembahasan reorganize portofolio.
ok, langsung saja pada pembahasan reorganize portofolio.
1. ACES
ACES menduduki tempat no 1 didalam komposisi portofolio saya dengan komposisi 64% dari total portofolio, saya masih yakin dengan kinerja managemen setelah turn around pada q4 2022 ACES terus mencetak pemulihan baik dalam pendapatan maupun laba bersih. dalam laporan keuangan periode q1 2024 ACES mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 29% seiring dengan kenaikan pendapatan kwartalan dari 1,66T di q1 2023 menjadi 1,95T di q1 2024, dapat di lihat pada tangkapan layar laporan keuanga ACES dibawah.
untuk ACES saya tetap hold namun tidak menambah muatan lagi, selama kinerja masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat ACES masih layak untuk di koleksi.
2. BIRD
BIRD menduduki posisi ke 2 dalam jumlah portofolio saya, untuk BIRD sendiri dikarenakan tekanan dari beban royalti maka laba bersih BIRD secara Yoy turun dari 125,8M menjadi 117,2M atau setara dengan eps 49 menjadi 46.
Beban royalti BIRD pada q1 2024 sebesar 20,4M dimana pada tahun lalu tidak ada beban licensi merk. sebetulnya tanpa beban royalti merk laba bersih BIRD bertumbuh dari 125,8M menjadi 137,6M seiring dengan pendapatannya yang naik dari 1,046T menjadi 1,12T namun sepertinya kenaikan pendapatan ini masih belum bisa menutupi beban royalti merk BIRD. meskipun secara valuasi pbv BIRD berada pada nilai 0,7x harga sahamnya menurut saya sudah price in rentang untuk kenaikan harga sahamnya kecil mengingat kinerja dan beban royalti BIRD tidak sejalan.
untuk BIRD saya akan keluarkan dari portofolio saya untuk saat ini pada posisi cutloss.
3. SMRA
kinerja SMRA pada q1 2024 menorehkan prestasi yang cukup baik, disebabkan insentif PPN dari pemerintah selama 2023.
Pendapatan SMRA mengalami kenaikan dari 1,499T menjadi 2,133T.
Pendapatan SMRA mengalami kenaikan dari 1,499T menjadi 2,133T.
Laba bersih pun mengalami kenaikan dari 271,7M menjadi 441,3M atau setara dengan eps 16,46 menjadi 26,74.
program insentif PPN rumah dari pemerintah masih berlangsung sampai periode Juni 2024 sebesar 100% dan periode juli-desember 2024 pembebasan PPN senilai 50%.
program insentif PPN rumah dari pemerintah masih berlangsung sampai periode Juni 2024 sebesar 100% dan periode juli-desember 2024 pembebasan PPN senilai 50%.
Dengan adanya program insentif yang masih berlanjut sampai Juni 2024 ekspektasi saya pendapatan SMRA pun masih akan membaik dibanding pendapatan SMRA q2 2023.
Pada q2 2023 SMRA mencetak laba bersih 244M atau setara eps 10. angka ini seharusnya akan dengan mudah dilewati oleh SMRA pada kwartal 2 2024.
Pada q2 2023 SMRA mencetak laba bersih 244M atau setara eps 10. angka ini seharusnya akan dengan mudah dilewati oleh SMRA pada kwartal 2 2024.
secara teknikal SMRA saat ini sedang berada di area support kuatnya di harga sekitar Rp 500, dengan keluarnya laporan keuangan yang baik seharusnya SMRA dapat menjadi salah satu emiten yang harga sahamnya mengalami turn around.
untuk SMRA saya tetap akan hold dan menambah muatan.
4.SIDO
SIDO sebagai emiten yang masuk kedalam portofolio saya setelah LK q1 2024nya keluar. Setelah mengalami tekanan pada q2 dan q3 2023, SIDO mencatatkan pembalikan kinerja sejak q4 2023 dan berlanjut pada q1 2024.
Meskipun harga sahamnya sudah naik dari kisaran 500 menjadi 730 pada saat tulisan ini dibuat tetapi berdasarkan laporan keuangan terakhir SIDO pada kwartal pertama sudah berhasil mengumpulkan laba bersih sebesar 390M naik dari tahun sebelumnya sebesar 300M atau setara eps 10 menjadi 13.
Laba terbaik SIDO pada tahun 2021 sebesar 1,261T, dengan perolehan 390M pada kwartal pertama 2024 sepertinya tidak terlalu sulit bagi SIDO untuk kembali mencetak laba bersih melampaui rekornya ditahun 2021.
Disamping itu untuk kwartal 2 2023 SIDO hanya mencatakan laba bersih sebesar 148M atau setara eps 5, seharusnya akan sangat mudah bagi SIDO untuk melampaui kinerja q2 2023.
untuk SIDO saya akan hold dan menambah bobot secara berkala.
5. UNVR
Well siapa yang tidak tahu Unilever dan beritanya selama beberapa tahun belakang termasuk berita boikot produk unilever setelah perang israel-palestina pecah. Sudah beberapa tahun belakangan UNVR mengalami tekanan pada kinerja perusahaan sejak covid melanda dan masih belum bisa turn around sampai pada akhir 2023 diperparah dengan boikot produk unilever.
harga sahamnya pun terjun bebas dari Rp 8000 sampai Rp 2500. Pada desember 2023 unilever mengganti direktur utamanya, apakah dengan direktur baru ini kinerja Unilever bisa diperbaiki? jawabannya tidak ada yang tahu, hanya waktu yang bisa menjawab.
harga sahamnya pun terjun bebas dari Rp 8000 sampai Rp 2500. Pada desember 2023 unilever mengganti direktur utamanya, apakah dengan direktur baru ini kinerja Unilever bisa diperbaiki? jawabannya tidak ada yang tahu, hanya waktu yang bisa menjawab.
ok kembali pada laporan keuangan unilever q1 2024, sebetulnya tidak terdapat kenaikan kinerja yang cukup significant dari UNVR secara Yoy tapi jika di lihat secara MoM UNVR mencatatkan kinerja yang bagus, apakah ini menandakan boikot produk UNVR sudah berakhir atau dikarenakan tangan dingin dari direktur utamanya yang berhasil membalikkan kinerja UNVR. Market sendiri sepertinya merespon positif dengan laporan keuangan q1 2024 UNVR karena sejak pengumuman LK q1 2024 nya harga saham UNVR berhasil rebound dari Rp 2330 menjadi 2620 pada saat tulisan ini dibuat.
Dengan nama besar UNVR market akan sangat sensitif terhadap perubahan kinerja UNVR ke arah yang lebih baik, sedikit saja perbaikan kinerja dari UNVR maka akan di respon dengan kenaikan harga saham yang cukup tinggi.
Namun pembalikan kinerja ini baru terjadi di q1 2024 masih perlu konfirmasi pada q2 2024 tapi apakah akan terlambat jika masuk UNVR pada q2 2024?
silahkan lakukan riset anda sendiri.
untuk UNVR saya tetap akan hold dan kemungkinan menambah bobot sedikit demi sedikit.
6.BSDE
BSDE sebagai emiten properti juga hampir sama dengan SMRA diuntungkan oleh program insentif PPN rumah yang digadang oleh pemerintah. BSDE sebagai alternatif dari SMRA penjelasannya pun tidak jauh berbeda dengan SMRA. namun untuk emiten properti saya tidak berencana untuk hold lebih dari 12 bulan.
Tulisan ini bukan ajakan untuk membeli saham tertentu tapi hanya sebagai pengingat untuk saya. Do Your own Analyst.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar