Pada pertengahan tahun lalu (2015) emiten poultry berada pada tekanan luar biasa. Nilai tukar rupiah yang merosot tajam kemudian kebijakan pemerintah yang tidak memihak emiten poultry menyebabkan ruang gerak perusahaan untuk bertumbuh menjadi sempit. Boleh dibilang tahun 2015 adalah tahun kelam bagi emiten poultry.
Perusahaan sekaliber CPIN mengalami penurunan pendapatan yang drastis. JPFA mengalami kerugian. MAIN bahkan harus Right issue untuk membayar hutang-hutangnya akibat kerugian yang besar, itulah enaknya memiliki perusahaan .tbk seperti memiliki perusahaan pencetakan uang, apabila membutuhkan dana segar tinggal menerbitkan right issue untuk mengumpulkan dana masyarakat.
26 agustus 2015 CPIN mencapai titik terendah Rp 1350 /lbr saham.
30 september 2015 JPFA mencapai titik terendah Rp 296/lbr saham setelah mengalami trend penurunan sejak 17 maret 2014 pada harga RP 1750/lbr saham.
26 agustus 2015 MAIN mencapai titik terendah Rp Rp 1080/lbr saham.mengalami trend penurunan dari titik tertinggi Rp 3600/lbr saham sejak 12 september 2014
pada saat tulisan ini dibuat harga saham CPIN sudah mencapai Rp 3900/lbr, JPFA Rp 1420, MAIN Rp 1650.
Mengacu pada data tahun 2013 dari ketiga trio ini bisa dilihat CPIN adalah pemimpin perolehan laba dengan nilai 2.5T laba bersih tahunan 2013 diikuti JPFA dengan nilai 595M dan terakhir MAIN dengan nilai perolehan 241M
untuk nilai Total asset
CPIN 15.7T,
JPFA 14.9T dan
MAIN 2.2T
Ratio hutang masing-masing emiten
CPIN ratio DER 0.29x
JPFA 1.45x dan
MAIN 1.13x
dari data diatas bisa dilihat bahwa CPIN dan JPFA adalah perusahaan dengan nilai asset yang besar yang mampu membukukan laba bersih yang besar.
ketika pada tahun 2014~2015 situasi tidak memihak pada trio emiten ini sentimen negatif pasar yang cukup dalam menyebabkan nilai sahaman dari trio ini terpukul sampai pada titik terendah saham CPIN bernilai sama seperti tahun 2011, JPFA senilai pada tahun 2010 dan MAIN sama seperti nilai tahun 2012 luar biasa sekali dampak dari sentimen negatif pasar, nilai emiten harus mundur 3~5tahun kebelakang.
Mengaca dari kenyataan ini saya berkesimpulan tidak ada harga saham murah bagi perusahaan beraset besar pada situasi perusahaan yang biasa-biasa saja atau bahkan pada saat perusahaan mencetak pertumbuhan. Harga saham murah didapat pada saat perusahaan beraset besar mengalami kemunduran kinerja yang berlangsung sesaat, memanfaatkan kepanikan pasar. Jadi sebagai investor harus jeli dalam memilih perusahaan mana yang memiliki fundamental kuat dan dapat bertahan pada situasi yang sulit sehingga pada saat situasi berubah membaik maka emten tersebut akan berubah menjadi emas. Semakin murah harga saham perusahaan tersebut semakin besar peluang untuk memperoleh keuntungan dari rebound harga sahamnya. Ini adalah pelajaran berharga untuk saya, pada saat JPFA mengalami trend penurunan panjang saya sudah pantau emiten ini namun rasa takut saya rupanya lebih kuat dibandingkan logika saya dalam berinvestasi.
Seperti kata guru investasi Warren Buffet, dalam permainan baseball anda tidak memukul setiap umpan bola yang diberikan. Anda harus menunggu pada saat moment yang tepat untuk memukul umpan bola terbaik sekeras-kerasnya untuk menghasilkan pukulan terbaik. rupanya hal seperti inilah yang dimaksud oleh guru investasi Warren.
untuk catatan situasi ini juga terjadi pada emiten ANTM, PTBA dan ITMG. silahkan anda analisa sendiri.
Inventasi adalah bentuk tanggung jawab pribadi, tulisan ini dibuat sebagai pengingat untuk diri saya sendiri dalam hal berinvestasi untuk menjadi investor terbaik.
disclaimer on
Tidak ada komentar:
Posting Komentar